Rahim Pengganti

Bab 53 "Tabrakan"



Bab 53 "Tabrakan"

0Bab 53     
0

Tabrakan     

Keduanya sudah selesai makan siang bersama, selama makan Siska tidak henti hentinya menatap Nizam dengan penuh kagum.     

"Dia laki-laki baik," gumam Siska.     

"Maaf ya lama. Ayo kita pergi lagi," ajak Nizam. Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, melihat senyum bahagia yang tercetak dibibir Siska membuat Nizam ikut bahagia.     

"Gue bakalan menyembuhkan luka lama di hati loe Siska," gumamnya dalam hati.     

***     

Dilain tempat Carissa dan Bian sedang menikmati hari hari mereka, perut buncit Carissa tidak membuat wanita hamil itu kesulitan dalam bergerak. Hanya Bian saja yang sering pusing dengan sikap suaminya.     

"Mas nanti kita ke mana setelah ini?" tanya Caca.     

"Mas juga gak tahu, Sayang. Semua Tante Elsa yang urus," jawab Bian.     

Carissa mengangukkan kepalanya, ibu hamil itu kembali mengunyah makanan yang sudah dua kali di pesan. Bian hanya bisa menatap ke arah istrinya itu dengan senyum yang mengembang.     

Pagi ini saja, Carissa sudah menghabiskan dua piring nasi goreng. Bian hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah laku istri nya yang sangat luar biasa.     

Tangan Bian terjulur untuk menghapus bekas makanan yang ada di sudut bibir istrinya. Seketika pipi Caca langsung merona, hal itu membuat Bian gemas dan mengecup pipi istrinya.     

"Mas Bian!!" pekik Caca. Bian hanya tersenyum, dengan ekspresi terkejut dari istrinya itu.     

Selesai dari sarapan pagi keduanya keluar dari dalam kamar, supir yang sudah disiapkan oleh Tante Elsa sudah menunggu di lobby hotel.     

"Bapak Fabian?" tanya supir tersebut.     

"Iya. Supir yang sudah di siapkan oleh Tante Elsa?" tanya Bian. Supir tersebut mengangukkan kepalanya, lalu membukakan pintu mobil. Carissa langsung masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Bian.     

"Sudah pak."     

"Iya pak. Oh ya, Bapak siapa namanya?" tanya Bian.     

"Nama saya Jono, Pak."     

"Baik Pak Jono. Kita mau kemana?" tanya Carissa.     

"Ibu Elsa sudah meminta saya untuk mengantarkan bapak dan ibu pergi ke daerah Utara. Katanya biar nanti Ibu Carissa bisa foto di sana," ujarnya.     

Caca tersenyum, kemarin malam dirinya menanyangkan hal itu kepada Tante Elsa. Wanita itu ingin melakukan foto martenity di kehamilannya saat ini.     

Mobil yang dikendarai oleh, Pak Jono berjalan dengan kecepatan santai.     

"Pak kalau pantai Mawun itu dimana?" tanya Carissa.     

"Oh pantai Mawun. Saya tahu Bu, di sana emang tempatnya orang orang buat liburan. Pantai itu juga merupakan tempat honeymoon terbaik Bu di Lombok, itulah kenapa pulau Mawun juga menjadi salah satu rekomendasi wisata bulan madu terbaik di Lombok ini Bu. Tempat itu juga punya keindahan pasir putih yang lembut dengan pemandangan air biru yang masih jernih. Makanya banyak orang orang pergi ke sana. Ini juga kita bakalan lewat ke sana, ibu mau kita mampir?" tanya Pak Jono.     

"Nanti saja Pak. Kalau kita pulang, bakalan lewat di sini lagi, kan?" tanya Carissa.     

"Betul. Kalau gitu saat pulang saja Bu. Biar ibu dan bapak bisa lihat matahari terbenam. Senja di pantai itu sangat luar biasa indah," jelasnya. Mendengar hal itu membuat Carissa semakin semangat dengan semua hal yang akan keduanya lakukan.     

***     

Satu jam berlalu, mobil yang dikendarai oleh Pak Jono sudah terparkir dengan rapi di sebuah, tempat yang akan menjadi tempat mereka foto shoot. Tempatnya begitu indah, bahkan Carissa tidak henti henti nya berdecak kagum dengan tempat tersebut.     

"Hallo mbak. Saya Oty, kita ganti pakaian dulu ya." Carissa menggangukkan kepalanya, wanita itu lalu mengikuti Oty pergi ke sebuah ruangan. Di sana ternyata sudah banyak pakaian yang akan keduanya gunakan. Bukan hanya Carissa namun, Bian juga pria itu akan mengikuti semua pakaian yang digunakan oleh istri.     

"Pakaiannya mbak mau pilih yang mana dulu. Kita sudah siapkan 10 pakaian dan tema berbeda beda, sesuai perintah Nyonya Elsa. Beliau juga menitipkan beberapa pakaian ganti jika Mbak tidak suka dengan pilihan kami," ujarnya sembari menujukkan beberapa koleksi di sana. Carissa menatap dengan penuh kekaguman, wanita itu memilih beberapa pakaian yang akan dia dan Bian gunakan.     

Bayi yang ada di dalam perutnya pun, ikut bergerak bayi itu sangat senang jika sang ibu juga senang. Sesekali Carissa mengusap perut buncitnya itu. Usia kandungan Carissa yang sudah hampir 8 (delapan) bulan ini, tidak membuat wanita itu kesulitan dalam bergerak hanya Bian saja yang sering kebingungan dengan sikap istrinya yang selalu lincah dan membuat orang orang di sekitar merasakan kekhawatiran.     

***     

Berbeda dengan Bian dan Carissa yang sedang bahagia menikmati waktu liburan keduanya, seorang wanita sedang marah dan kesal dengan keadaan yang seolah menjauh darinya. Bahkan suaminya sendiri sudah tidak pernah menghubungi dirinya lagi.     

"Aarghhh," pekik Della. Wanita itu menghancurkan semua barang barang yang ada di dalam kamarnya, kali ini Della benar benar seorang diri. Aiden sedang pergi keluar kota dan Bian sampai detik ini tidak mencoba menghubungi nya. Mendapatkan perlakuan seperti ini semakin membuat Della membenci Carissa.     

"Kenapa ... kenapa loe selalu merebut semua kebahagian gue, loe emang benalu. Harusnya gue gak punggut loe, Carissa gue bakalan bikin loe mati, gue gak terima dengan semuanya."     

Terlihat jelas dari sorot mata Della kemarahan dan kebencian yang begitu dalam, wanita itu tidak terima dengan apa yang terjadi orang suruhan melaporkan bahwa sudah hampir seminggu Bian dan Carissa pergi selama itu juga Bian tidak pernah menghubungi nya sejak pertengkaran hebat mereka.     

Bian tidak sengaja memergoki Della bersama pria lain, membuat hubungan keduanya semakin jauh, Della tidak terima dengan semua itu. Wanita itu selalu menyalakan Carissa. Della berjalan ke arah meja samping tempat tidurnya, wanita itu segera meraih handphonenya dan menekan sebuah nomor.     

"Biar gue yang melakukannya. Loe tinggal menyiapkan semuanya," ujar Della lalu mematikan sambung telpon tersebut, raut wajah yang penuh emosi terlihat jelas. Dirinya segera pergi dari sana meninggalkan kamar yang sudah tidak terbentuk lagi.     

"Gue akan buat loe menyesal," ucap Della dengan nada penuh penekanan.     

***     

Usai sudah acara pemotretan yang dilakukan oleh Bian dan Carissa, keduanya terlihat sangat bahagia apa lagi dengan ibu hamil yang selalu tersenyum menikmati semua hal. Tidak ada rasa lelah saat ini, Carissa benar benar menikmati semuanya.     

"Capek?" tanya Bian. Carissa langsung menggelengkan kepalanya, wanita itu memeluk lengan sang suami. Bian tersenyum, hatinya selalu saja damai dan tenang jika berada di dekat Carissa hal itu membuat dirinya ingin selalu bersama dengan istrinya itu.     

"Nanti kita ke pantai yang disebutkan Pak Jono tadi ya Mas. Mumpung sebentar lagi sore jadi bisa lihat senja," ujar Carissa.     

"Besok aja gimana? Mas gak mau kamu terlalu lelah sayang, ini juga udah sore banget. Nanti kamu kecapekan," jawab Bian. Seketika raut wajah, Carissa langsung berubah wanita itu tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh sang suami. Melihat perubahan sikap Caca membuat Bian hanya bisa menghela napasnya berat. Istrinya itu jika sudah bersikap seperti ini maka, harus di turuti jika tidak akan ngambek sepanjang hari.     

"Okei ... okei. Jangan ngambek gini dong Sayang, nanti anak kita di dalam bingung. Mamanya tadi bahagia, terus sekarang ngambek juga," ucap Bian. Mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Bian membuat senyum tipis itu terbit, Carissa tidak bisa berlama lama marah dengan suaminya itu.     

***     

"Kita mau ke mana lagi?" tanya Siska.     

"Loe mau lihat sunset gak? Suasana di sini sangat indah loh kalau sore sore seperti ini," ucap Nizam.     

"Boleh. Aku suka dengan sunset, mereka itu sangat terlihat indah dan mewah. Senja adalah definisi keindahan yang luar biasa."     

Keduanya lalu pergi dari tempat tersebut, tangan keduanya tak pernah lepas dari satu dengan lainnya bahkan, Siska sudah merasa nyaman dengan hal itu.     

"Kita duduk di sini aja gimana?" tawar Nizam. Siska menganggukan kepalanya, keduanya duduk sembari menatap ke arah depan. Deburan ombak di sore hari terdengar sangat jelas, kepala Siska menempel di bahu Nizam. Hingga suara dering ponsel Siska membuat wanita itu berdecak kesal.     

"Kenapa?" tanya Nizam.     

"Ini telpon ganggu aja. Udah tahu sebentar lagi sunset, masih aja. Gak bisa lihat aku senang," ujarnya dengan gerutunya. Siska segera mengambil ponselnya dahi berkerut ketika melihat nomor sang Mama tertera di sana.     

Tidak biasanya Mama Ratih menelpon seperti ini, jika pun sang Mama menanyakan kabar selalu pagi atau malam, perasaan Siska seketika tidak enak. Wanita itu dengan ragu mengangkat telpon.     

"Hallo Ma."     

"..."     

"Apa!!!," pekik Siska.     

"...."     

"Aku ke sana sekarang, Mama jangan panik kita ketemu di sana," jawab Siska dengan air mata yang mengalir, melihat hal itu membuat Nizam tidak karuan. Pria itu mencoba menenangkan Siska.     

"Antar guenket bandara sekarang."     

Nizam menganggukkan kepalanya, keduanya segera pergi dari tempat tersebut.     

###     

Hallo. Selamat membaca dan terima kasih. Love you guys, sehat sehat buat kalian yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.